Minggu, 09 Oktober 2016

Lolot Band


Lolot sudah menjadi fenomena dan ikon musik rock berbahasa Bali yang benar-benar bisa menggugah remaja di Bali jadi bergeliat dengan luar biasa untuk melirik dan larut dalam musik Bali, atau paling tidak musik berbahasa Bali dalam balutan sesuatu yang baru: Bali Rock Alternatif.
Setelah kehadiran Lolot Band di tahun 2003, langsung diikuti dengan band-band sejenis dengan variasi genre musik di sana-sini. Ada Bintang, XXX, nanoe Biroe, 4WD, di Ubud yang masih bertahan.

Bila dilihat dari catatan penulis sejak kemunculan album Lolot Band yang pertama (waktu itu masih menggunakan nama Lolot n Band, karena masih menjadikan Made Bawa (Lolot) sebagai ikon sentral) di album Gumine Mangkin bisa laku 75ribu kopi. Suatu angka yang fantastis dan tentu saja membuat untung besar. Lanjut. Album kedua, Bali Rock Alternatif juga meledak tapi penjualannya masih dibawah Gumine Mangkin. sekitar 65ribu kopi. Album ketiga, Meong Garong, dengan kualitas musik yang sangat apik malah turun ke 45ribu kopi. Album The Best of Lolot turun drastis ke 15ribu, dan sekitar angka yang sama juga untuk album yang terakhir, Saling Caplok. Tidak ada lagi euforia penjualan di atas 50 ribu. Bahkan Lolot band dikabarkan vakum untuk sementara waktu dikarenakan lesunya penjualan kaset mereka serta maraknya pembajakan.

Setelah sempat vakum dan masing-masing personel memilih bersolo karir, pada tahun 2014, band penggusung Bali rock alternatif, Lolot Band bangkit kembali dengan karya-karya baru yang dirangkum ke dalam album berjudul Nyujuh Langit.
Bangkitnya Lolot Band adalah bukti kepada para penggemarnya jika mereka masih eksis berkarya. Bukti itu ditunjukkan dengan kumpulnya para personel lama yakni Made bawa alias Lolot (Vocal/gitar), Dony (lead gitar), Lanang (bass) minus Deny Surya di posisi drum yang digantikan oleh Hendra. Dan pada tanggal 27 Agustus 2016 lalu, Lolot Band telah merilis album terbaru mereka yang bernama “Manusa Raksasa” dan telah beredar di toko-toko kaset di seluruh Bali.

Sejak muncul dan melambungnya nama Lolot Band, muncul pertanyaan-pertanyaan mengenai band tersebut. Berikut beberapa pertanyaan yang sering muncul beserta jawaban yang penulis dapatkan.

1. Lolot ini nama orang apa nama band?
Awalnya ya memang nama orang. Lolot ini nick namenya Made Bawa. Si vokalis. Makanya di album awal-awal masih menggunakan nama Lolot n band. Tetapi sudah berformat baku, ada Lolot (Vocal and guitar), Deny (Drum)[kini posisinya diganti oleh Hendra], Doni (Lead Guitar) dan Lanang (Bass). Selanjutnya kalau tidak salah sejak album Meong garong dipakailah nama resmi Lolot Band. jadi beda dengan Nanoe Biroe yang tim dan bandnya bisa berganti-ganti.

2. Lolot itu artinya apa ya?
Lolot hanyalah sebuah istilah. Menurut Made Bawa sendiri, kata “lolot” jika dibalik akan menjadi “tolol”. Lolot merupakan panggilan masa kecil dari Made Bawa, yang mendeskripsikan dirinya yang “tolol” dan suka membuat ulah. Namun untuk saat ini, kebiasaan-kebiasaan tersebut sudah mulai dihilangkan.

3. Lolot Dulu di Superman Is dead?
Ya, pernah.Tapi hanya sebentar. Dia bosan dan lebih senang berunderground ria dengan band hardcorenya, Knucklehead Nation (kalau nggak salah).

4. Kenapa Lolot Tidak Nyanyi Bahasa Indonesia?
Karena bahasa indonesianya tidak terlalu bagus. Malah waktu Lolot Band dapat penghargaan SCTV Music Award sebagai band indie terbaik, di salah satu majalah disebutkan kalau vokalis Lolot band tidak bisa berbahasa Indonesia. Ya tapi tidak separah itu. Maksudnya disini Made Bawa tidak terlalu fasih menggunakan bahasa indonesia, karena memang kesehariannya sejak kecil menggunakan bahasa bali. Justru bagi penulis hal inilah yang menjadi daya tarik tersendiri bagi Lolot Band. Penulis sendiri telah mengenal lagu-lagu lolot sejak masih SD (saat itu masih berbentuk kaset). Keseluruhan lagunya menggunakan bahasa bali, entah itu bahasa bali halus hingga kasar. Namun, konsep dari lagu-lagunya sangat memasyarakat, sehingga selalu enak untuk didengar. Apalagi pada album-album yang baru dirilis. Terdapat makna dari setiap lagu yang diciptakan oleh Made Bawa.
Industri musik saat ini memang sedang lesu. Ditambah lagi dengan meningkatnya teknologi yang memudahkan masyarakat untuk menyebarluaskan isi dari CD secara ilegal. Padahal, biaya perekaman untuk satu buah lagu saja sangat besar. Hal inilah yang bisa menyebabkan pelaku di bidang industri enggan untuk berkreasi kembali. Jadi sudah menjadi kewajiban kita sebagai penikmat musik untuk selalu mengapresiasi karya-karya dari idola kita, jangan mengaku fans berat tapi tidak mau menyisihkan uang saku untuk membeli CD original. Salam Bali Rocker.

Referensi:
http://bali.tribunnews.com/2014/07/25/lama-vakum-agustus-lolot-band-rilis-album-nyujuh-langit

0 komentar:

Posting Komentar