Arti Lambang Fakultas Teknik Universitas Udayana

Dibalik lambangnya yang gagah, Lambang Fakultas Teknik Universitas Udayana memiliki makna yang tersirat didalamnya.

Pengantar Sosial Media

Secara umum, sosial media merupakan wadah seseorang untuk berbagi berbagai informasi kepada masyarakat luas secara online, tidak terbatasi oleh jarak dan waktu.

Werewolf Game

Meng'eliminasi atau ter'eliminasi.

Kelestarian Budaya Bali

Mengapa masyarakat Bali sangat antusias terhadap keseniannya?

Senin, 08 Oktober 2018

ERP dan Perusahaan Manufaktur


 Halo SemetonPernah mendengan Perusahaan Manufaktur? Apasih perusahaan manufaktur itu? Naah, kali ini kita akan membahas mengenai materi yang saya dapatkan di Program Studi Teknologi Informasi di mata kuliah Enterprise Resource Planning mengenai  ERP dan Perusahaan Manufaktur dengan dosen bapak I Putu Agus Eka Pratama ST., MT.
ERP atau enterprise resource planning merupakan sebuah sistem yang dapat digunakan dalam membantu pekerjaan setiap unit pada suatu perusahaan salah satunya perusahaan yang bergerak pada bidak manufaktur yang merupakan salah satu bidang yang paling banyak memperoleh manfaat dari implementasi ERP.
Bidang manufaktur merupakan salah satu bidang yang menerapkan penggunaan sejumlah alat dan media yang memiliki fungsi utama sebagai pengolah bahan mentah menjadi barang setengah jadi ataupun barang jadi yang kemudian akan didistribusikan ke distributor dan konsuman akhir. Alat dan media tersebut juga dapat membantuk untuk menjalankan dua atau lebih proses dengan melakukan integrasi terhadap komponen-komponen produk. Maka dari itu ERP akan sangat membantu mewujudkan dan melancarkan pekerjaan dari setiap unit-unit agar dapat mencapai tujuan perusahaan.
Penggunaan ERP pada bidang manufaktur memiliki beberapa modul-modul yang penting yang memiliki hubungan antara satu dengan yang lainnya diantaranya sebagai berikut.
1)  Tooling berhubungan dengan inventory dan capacity. Tooling merupakan modul yang mengatur penggunaan alat (tool) dan berfungsi kedatangan bahan mentah tepat waktu.
2)   Engineering Change Control adalah sebuah modul yang mendefinisikan otorisasi untuk penerapan engineering mulai dari petinggi perusahaan sampai pada konsumen akhir dari produk ataupun jasa.
3)     Serialization adalah modul yang mengatur pemilihan material dan serialisasi atas komponen yang dibuat menggunakan material tersebut.
4) Configuration Management digunakan untuk mempersingkat waktu review engineering melalui penyediaan knowledge base.
5)  Engineering Data Management adalah modul yang berfungsi untuk mempercepat manajemen dan pengiriman data.
6)  Just in Time berfungsi membantu bagian produksi untuk melakukan transisi jadwal produksi berdasarkan permintaan. Modul ini berkaitan dengan penambahan jumlah produk yang akan dipasarkan apabila produk tersebut mendapat sambutan baik dari konsumen. Penambahan jumlah ini akan mempengaruhi penambahan biaya, waktu, dan tenaga yang harus dipertimbangkan. Dengan adanya modul ini maka akan mempermudah dalam hal perhitungan biaya, waktu, dan tenaga perusahaan.
7) Quality Management adalah modul yang berfungsi untuk membantu benchmarking (perbandingan) kualitas produk. Modul ini biasanya membandingkan produk yang akan dipasarkan dengan produk competitor ataupun dengan produk sebelumnya (berinovasi) menyangkut fitur, penilaian daru konsumen serta harga.
8)  Material and Capacity Planning berfungsi membantu perencanaan ketersediaan bahan mentah dengan kebutuhan pembeli dan jumlah barang yang harus diproduksi.
9) Point of Sale merupakan modul yang memegang tanggung jawab terhadap pembelian barang langsung oleh konsumen (kasir/ proses tatap muka).
10)Keuangan dan akutansi merupakan modul yang berfungsi atas pengelolaan keuangan, transaksi, pembuatan buku besar, sampai pada pembuatan anggara belanja dalam per periode.

Selain modul-modul diatas, ada beberapa hal lain yang dapat menunjang keberhasilan suatu industri manufaktur seperti mekanisme kerja ERP yaitu:
1.   Peramalan (Forecasting)
Peramalan (forecasting) merupakan perkiraan yang berbasiskan data mengenai penjualan dan penggunaan produk. Peramalan ini dilakukan agar memperoleh kesimpulan atau keputusan mengenai jumlah dan kelayakan produk yang dibuat. Peramalan juga menggambarkan permintaan yang akan datang berdasarkan pada beberapa variable. Dalam mekanisme peramalan, akan diterima informasi dari perencanaan bisnis dan analisis penjualan, kemudian memberikan informasi kepada perencanaan produksi dan perencanaan keuangan. Mekanisme peramalan harus mengikuti perencanaan bisnis dan proses bisnis yang ada didalam perusahaan tersebut.
2.   Manufacturing Resource Planning
Manufacturing Resource Planning (MRP) atau perencanaan sumber daya manufaktur merupakan inti dari ERP pada industri manufaktur. MRP menerima informasi dari peramalan (forecasting), input pesanan (order entry), rekayasa (engineering), dan plant & equipment maintenance. MRP  juga bertanggung jawab untuk memberikan informasi mengenai hutang (accounts payable), piutang (accounts receivable), pengiriman (shipping), perencanaan bisnis, dan fungsi-fungsi lain dari perusahaan. Jadi,dapat disimpulkan bahwa ukuran – ukuran kinerja dari MRP dan diimbangi denganukuran – ukuran kinerja ERP dapat digunakan dalam aktivitas perencanaan bisnis pada perusahaan manufaktur.
3.   Akuntansi dan Keuangan
Akuntansi dan keuangan dalam industri manufaktur akan menangani fungsi seperti payroll, productcosting, hutang (accounts payable), piutang (accounts receivable), harta tetap (fixed assets), dan general ledger, yang berperan penting dalam perencanaan keuangan guna mendukung sistem ERP. Pada mekanisme akuntansi dan keuangan juga terdapat perencanaan kebutuhan tooling (alat-alat pembantu) untuk produksi yang merupakan komponen dari sistem ERP. ERP akan memberikan informasi berupa time–phased Net Tooling Requirements reporting, yang serupa dengan materials requirements reporting. Komponen tooling dari ERP menerima informasi dari MPS, manajemen persediaan, dan harta tetap, yang selanjutnya memberikan informasi kepada production scheduling, pembelian, dan general ledger.
4.   Engineering
Engineering merupakan mekanisme yang memegang peran penting pada ERP industri manufaktur. Informasi terkait engineering disimpan melalui bills of material (BOM) dan routing. Informasi yang disimpan kemudian diserahkan kepada bagian pembelian dan product costing. Engineering pada ERP dikendalikan oleh  Engineering Change Notice (ECN) number, date, dan product serial number(hardware dan software).
Pengimplementasian ERP dalam industri manufaktur perlu memperhatikan beberapa hal. Mulai dari berangkat dari proses bisnis existing yang bersifat best practice. ERP pada penerapannya sangat mengutamakan integrasi mulai dari sistem, data, sampai pada middleware yang digunakan untuk pendistribusian data. Penerapan ERP dalam perusahaan dapat berupa software atau sistem (kombinasi antara software dan hardware). ERp dapat diterapkan kapan saja dan oleh industry apa saja. Hal ini karena ERP bukan merupakan sebuah produk melainkan sebuah proses. Oleh karena itu ERP perlu diterapkan ada industry yang memiliki proses bisnis yang jelas.
ERP dapat diterapkan pada industri manufaktur apapun mulai skala kecil, menengah, sampai pada perusahaan yang memiliki skala besar dengan sejumlah cabang di tempat lain. Hal enting yang harus diperhatikan adalah adanya kejelasan proses bisnis, pemetaan kebutuhan industri dan perusahaan terhadap ERP, serta kepastian integrasi (sistem, data, middleware). Selain itu diperlukan SDM yang professional dibidang ERP, karena sejatinya lebih mudah menemukan software ERP dibandingkan SDM ERP yang handal.


Referensi:

Dhewanto, Wawan, Falahah. Enterprise Resource Planning : Menyelaraskan Teknologi Informasi dengan Strategi Bisnis. Penerbit Informatika. Bandung. 2007.
Portougal, Victor, Sundaram, David. Business Processes : Operational Solutions for SAP Implementation. IRM Press. London. 2007.

Model Pengembangan Data Warehouse dan Data Multi Dimensi


 Halo Semeton. kali ini kita akan membahas mengenai materi yang saya dapatkan di Program Studi Teknologi Informasi di mata kuliah Data Warehouse mengenai  Model Pengembangan Data Warehouse dan Data Multi Dimensi dengan dosen bapak I Putu Agus Eka Pratama ST., MT.
Pada media penyimpanan data saat ini, terdapat perbedaan mendasar antara data yang tersimpan pada database biasa dengan data yang tersimpan pada Data Warehouse. Hal ini disebabkan karena data- data pada Data Warehouse selain bertujuan untuk historis, juga digunakan untuk menganalisa data yang akan berdampak pada pengambilan keputusan dan pembuatan laporan. Solusi dari masalah ini adalah bagaimana melihat data dari berbagai dimensi yang berbeda- beda.
Data Mart merupakan sub bagian dari Data Warehouse keseluruhan sebagai sebuah struktur data, yang di dalamnya memuat data, guna memudahkan pengguna akhir di dalam mengakses data dari Data Warehouse sesuai kebutuhan ataupun untuk analisa data. Data Mart juga dapat didefinisikan sebagai unit (bagian) dari Data Warehouse secara keseluruhan yang berada pada layer akses (Access Layer) berorientasikan kepada spesifik proses bisnis dan kebutuhan dari unit organisasi tempat di mana Data Warehouse tersebut diimplementasikan. Apabila dianalogikan sebagai sebuah himpunan, maka Data Mart adalah himpunan bagian dari sebuah himpunan semesta bernama Data Warehouse. Sehingga apabila Data Warehouse memuat semua data sesuai kebutuhan dari keseluruhan organisasi bersangkutan, maka Data Mart hanya memuat data spesifik sesuai kebutuhan per unit atau departemen saja.
Pengembangan Data Warehouse memiliki beberapa model yang didapatkan berdasarkan hierarki dan masukan dari pengguna yaitu sebagai berikut.
1.     Top Down tanpa User Feedback
Aliran data pada model Top Down tanpa User Feedback ini sangatlah sederhana karena tidak melibatkan user feedback. Aliran data berawal dari sumber-sumber data kemudian diteruskan ke Data Warehouse lalu di pecah ke dalam beberapa Data Mart. Penggambaran model ini adalah sebagai berikut.

2.     Bottom Up tanpa User Feedback
Model Bottom Up tanpa User Feedback ini merupakan kebalikan dari model Top Down tanpa User Feedback dimana berbeda dari Top Down yang memulai pengembangan dari atas, model ini memulai pengembangannya dari bawah dimana Data Mart dibentuk dari data-data yang berasal dari berbagai sumber data. Pada tahap satu, menerapkan ETT (Extraction, Transformation, Transportation) pada sumber – sumber data ke masing – masing Data Mart. Kemudian setiap Data Mart mengintegrasikan data – data dari berbagai sumber tersebut. Pada Tahap dua, data dialirkan dari masing- masing Data Mart ke Data Warehouse, dengan kembali menggunakan proses ETT (Extraction, Transformation, Transportation) pada data dari setiap Data Mart kembali diintegrasikan di dalam Data Warehouse kemudian dilakukan juga penghilangan Redudancy pada data- data dari sejumlah Data Mart tersebut. Berikut visualisasi dari model ini.
3.     Parallel tanpa User Feedback
Model Parallel tanpa User Feedback merupakan modifikasi dari model Top Down, namun Data Marttidak sepenuhnya bergantung kepada Data Warehouse (dalam hal sumber data yang diperoleh). Mekanisme kerja dimulai dengan dibangunnya Data Warehouse dari berbagai sumber data. Di dalam Data Warehouse terdapat Data Model yang menjadi acuan bagi model data untuk Data Mart- Data Mart yang dibentuk kemudian Data Model ikut mempengaruhi Data Mart. Kemudian Data Mart yang terbentuk, ikut berperan di dalam membangun Data Warehouse melalui integrasi di level data.
4.     Top Down beserta User Feedback
Pada Model Top Down beserta User Feedback sejumlah data dari berbagi sumber data membentuk Data Warehouse. Data Warehouse menjadi pusat dari penggudangan data- data yang berasal dari berbagai sumber data tersebut. Pada model ini terjadi proses integrasi di level data yang bertujuan memudahkan data- data disatukan ke dalam sebuah gudang data ini. Dari Data Warehouse, dibentuk sejumlah Data Mart sesuai dengan kebutuhan pengguna. User Feedback pada Data Mart, menjadi tolok ukur di dalam pengembangan berkelanjutan pada Data Mart dan Data Warehouse itu sendiri. Pada Model Top Down beserta User Feedback, User Feedback mempengaruhi Data Mart dan secara otomatis akan mempengaruhi Data Warehouse itu sendiri. Terdapat aliran bolak- balik dari User Feedback (pengguna) ke Data Mart dan dari Data Mart ke Data Warehouse.
5.     Bottom Up beserta User Feedback
Mekaisme kerja pada Bottom Up beserta User Feedback dimulai dari dibentuknya terlebih dahulu dua Data Mart atau lebih, menggunakan data – data dari berbagai sumber data. Kemudian digunakan ETT (Extraction, Transformation, Transportation) untuk membantu pengumpulan data, ekstraksi data, transformasi ke format data yang disepakati bersama di dalam Data Mart, serta integrasi di level data itu sendiri. .Lalu dibentuk Data Warehouse dari Data Mart yang terbentuk kemudian kembali menggunakan ETT untuk mengintegrasikan data- data dari berbagai Data Mart tersebut ke dalam kesatuan Data Warehouse. User Feedback diarahkan melalui tatap muka Data Warehouse, yang berefek terhadap Data Mart- Data Mart yang membentuk Data Warehouse.
6.     Parallel Beserta User Feedback
Mekanisme kerja pada model Parallel beserta User Feedback dimulai dari penentuan aturan untuk model data dari Data Warehouse ke Data Mart yang terbentuk. Data dari berbagai sumber data masuk ke Data Mart dan ke Data Warehouse. Kemudian Data dari sumber data yang menuju ke Data Mart saja yang akan melalui proses ETT (Extraction, Transformation, Transportation). Data yang menuju ke Data Warehouse, terlebih dahulu menuju ke Data Model dari Data Warehouse, untuk menyeragaman format. Pada Data Warehouse tidak terjadi ETT, sebab Data Warehouse menjadi pusat untuk model data enterprise, yang menjadi acuan bagi Data Mart lainnya. Lalu Data Warehouse mengagregasikan data, memuat fungsi koordinasi dan integratif untuk pengembangan ke depannya, termasuk juga manajemen data dan informasi kepada pengguna. User Feedback dialirkan melalui tatap muka ke Data Mart.

Data Warehouse menerapkan Data multi dimensi (Multi Dimensional Data atau MDD). Data multi dimensi merupakan  model data fisik (Physical data Model) yang strukturnya dapat dilihat dari berbagai sudut pandang (dimensi), dengan tiga buah bagian (Record atau baris, Field atau kolom, dan layer), dengan objek – objek data multi dimensi di dalamnya, yang atributnya dibedakan menjadi atribut dimensi dan atribut pengukuran. Data multi dimensi, jika direpresentasikan ke dalam bentuk koordinat, maka dapat ditunjukkan ke dalam tiga buah sumbu, yakni: X, Y, dan Z yang dapat dianalogikan dengan gambar bangun yang memiliki 3 dimensi (panjang, lebar, tinggi).
Data multi dimensi tidak dapat lepas dari kebutuhan untuk mempermudah analisa data. Oleh karena ini data multi dimansi menggunakan dua konsep yakni OLTP dan OLAP. OLTP atau On Line Transactional Data yang berfungsi memproses data – data transaksional namun tidak menyimpan data historis, OLTP hanya digunakan untuk kebutuhan data dan informasi semata dan struktur data hanya terdiri dalam 2 dimensi (baris, kolom). Sedangkan OLAP atau On Line Analytical Data menganalisa data yang berasal dari data – data transaksi (OLTP) dengan mengutamakan historis data. Oleh karena itu, data perlu dilihat dari 3 atau lebih dimensi, untuk kemudahan analisa data. Slicing data atau pemotongan data berlapis – lapis, diasumsikan untuk mengambil data yang relevan untuk kebutuhan analisa.

Referensi:
I Putu Agus Eka Pratama. Handbook Data Warehouse. Penerbit Informatika. Bandung. 2017